PERCOBAAN 3
ISOLASI
FLAVONOID DARI TEMU KUNCI
(
Boesenbergia Pandurata )
A.
Tujuan
Mengetahui
langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci
dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
B.
Dasar Teori
Boesenbergia
rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di indonesia banyak digunakan sebagai
bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak
atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin,
5-7-dimetoksiflavon, 1-8-sineol dan panduratin. Temu kunci bentuknya agak
berbeda dibanding jenis lain karena tumbuhnya yang vertikal kebawah. Dengan
nama lain boesenbergiae rhizoma, temu kunci merupakan satu familia dengan jahe,
lengkuas, kunyit dan sejenisnya. Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap
didalam tanah, batangnya merupakan batang asli didalam tanah sebagai rimpang,
berwarna kuning coklat, aromatik, menebal berukuran 5-30x0,5-2cm. Senyawa kimia
yang terkandung didalamnya yaitu minyak atsiri, d-borneol, d-pinen
sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid.
Secara
umum, rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi bentuk,
peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak dan
pemacu keluarnya ASI. Minyak atsiri rimpang temu kunci juga berefek pada
pertumbuhan entamoeba coli, staphyllococus aures dan candida albicans. Ekstrak
rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada
percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari
penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat
menghambat bakteri isolat penyakit Orf ( Ektima Kontagiosa ) (Plantus, 2008).
Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah, 2012). Jadi, maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk
simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan. Jika menggunakan
metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak dikhawatirkan akan
ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Dilakukan secara berulang dengan
memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, diperas selanjutnya
ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan
warna pelarut.
Senyawa
flavonoid adalah senyawa yang mengandung
C5 terdiri atas 2 inti fenolat yang dihubungkan dengan 3 satuan carbon. Cincin
A memiliki karakteristikbentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan
cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H.,
2001).
Struktur
dasar flavonoid C6-C3-C6
Flavonoid adalah senyawa fenol,
sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10
jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon,
biflavonil, khalkon, auron, flavanon dan isoflavon (Harborne, 1987). Flavonoid
merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui
metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009).
Isolasi
adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Hal
ini dilakukan ketika ingin mengambil bahan aktif dari ekstrak kasar (Crude
extract) (Skalika-wozniak et al., 2008). Kromatografi adalah suatu nama yang
diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara
kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak, pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase. Fase diam dapat berupa bahan pdat
atau porus dalam bentuk molekul kecil. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan
(Rohman, 2009).
Kromatografi
lapis tipis preparatif adaalh salah satu metode yang memerlukan pembiayaan
paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Klip dapat memisahkan bahan
dalam jumlah gram, sebagian besar dalam jumlah miligram (Hostetmann, 2006).
Cuplikan klip dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat
KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri (heksana, diklorometana, etil
asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita
(Szekely, 1983).
C.
Alat dan Bahan
Alat
: seperangkat alat maserasi, alat KLT,
beaker glass, stirer, rotavapour, cawan porselin.
Bahan
: simplisia temu kunci, etanol, etil
asetat, heksan, standar pinostrobin.
D.
Skematis cara kerja
1.EKSTRAKSI
Sebanyak
100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker
glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya
diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring.
Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour)
hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan
ke cawan porselin.
2.
ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak
yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak
10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi
dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai.
Bercak
yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.
3. Identifikasi
Ambil sedikit padatan dengan ujung
stapel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif
dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :
a. Fase
diam : silika gel GF 254
b. Fase
gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)
c. Cuplikan : larutan sampel dan pembanding
pinostrobin dalam etanol
d. Deteksi : UV 254
Catat
harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
E.
Hasil
Nama
simplisia : boesenbergia
pandurata
Metode
ekstraksi : maserasi
Jumlah
pelarut : 500 ml
Jumlah
siklus : 1
Rendemen : -
Pemerian
Aroma : khas aromatik
Warna : kekuningan, kecoklatan
Bentuk
: cairan
Berat
cawan kosong : 36,294 gr
Cawan
+ ekstrak : 57,758 gr
Ekstrak
: 21, 464 gr
Rotavapour
Suhu : 60C
Kecepatan
: 80
Waktu : 100 menit
Hasil
pengamatan
Fase
diam : silika gel 254
Fase
gerak : etil asetat : n- heksan
Pembanding : pinostrobin
F.
Pembahasan
Rimpang
tanaman temu kunci sebagai obat tradisional di indonesia pada umumnya banyak
digunakan sebagai obat batuk kering, sariawan, gangguan pada usus besar, perut
membengkak susah kecing pada anak-anak, radang selaput lendir pada mulut rahim,
disentri dan tumor. Senyawa kimia yang terkandung ada minyak atsiri, d-burneol,
d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid. Temu kunci
berkhasiat sebagai antitumor, antijamur, antiinflamasi (Purwoko, dkk., 2010).
Antivirus, antioksidan (Chayadi,dkk., 2014).
Pada
praktikum kali ini melakukan isolasi flavonoid dari temu kunci, dimana
dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi. Menurut farmakope indonesia edisi V
(1995), maserasi adalah cara ekstraksi dengan cara merendam simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai selama periode tertentu. Langkah pertama yaitu
merendam simplisia dalam beaker glass menggunakan etanol 96% lalu diaduk
menggunakan stirer selama 1 jam. Setelah pengadukan saring cairan menggunakan
kertas saring. Setelah dilakukan maserasi dan didapatkan filtrat, dilakukan
pengentalan ekstrak dengan menggunakan alat rotary evaporator.
Selanjutnya
adalah dilakukan identifikasi menggunakan fase diam silika gel 254 dan fase
gerak yaitu etil asetat : n-heksan dan menggunakan pembanding pinostrobin. Pinostrobin
merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada tanaman temu kunci (Hyun dkk,.
2006). Dengan banyaknya manfaat dan kegunaan pinostrobin, maka perlu dilakukan
ekstraksi untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar pinostrobin yang nantinya
digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi (Karyantini, 2008).
Hasil
yang didapat dari identifikasi menggunakan KLT yang diamati pada sinar UV 366
nm adalah bercak berwarna hijau tetapi bercak menyebar dan senyawa baku
pembanding tidak terlihat sehingga tidak dapat dilakukan pembandingan harga Rf.
Terjadi penyebaran bercak pada plat mungkin karena kesalahan pada saat
penotolan, kerusakan silika sehingga tidak terelusi dengan baik, sampel masih
mengandung air. Ciri khas flavonoid di UV 366nm akan berpendar, warna kuning
diUV 366nm.
G.
Kesimpulan
1. Dapat
disimpulkan bahwa hasil pada pengujian UV 366nm yaitu bercak warna hijau,
tetapi bercak menyebar dan senyawa bahan pembanding tidak terlihat sehingga
tidak dapat dihitung pembandingan Rf.
2. Praktikan
telah mengetahui langkah-langkah isolasi, serta mampu melakukan isolasi
pinostrobin dari temu kunci dan dapat mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
H.
Daftar Pustka
Afifah, E,N. 2012. Penggunaan
Penanda Molekuler Untuk Mempercepat Dan Mempermudah Perbaikan Kualitas Tanaman
Teh(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Makalah Seminar Budidaya
Pertanian.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Plantus, 2008,
Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci
boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [13 Juni 2018].
Rohman, A.,
2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat , Graha Ilmu, Yogyakarta, 1-2, 5, 45,
53.
Chahyadi,
A., Hartati, R., Wirasutisna, K.R., dan Elfahmi, 2014. Boesenbergia Pandurata
Roxb., An Indonesian Medicinal Plant: Phytochemistry, Biological Activity,
Plant Biotechnology. Procedia Chemistry, , International Seminar on
Natural Product Medicines, ISNPM 2012 13: 13–37. Karyantin.v.a.d.w.2008.senyawa
penanda analitik ari rimpang temu kunci .skripsi.university.UGM.Yogyakarta
Anonim.2015 .Temu Kunci ,CRRC,Fakultas Farmasi Ugm
Yogyakarta ,http//CCTC.farmasi .Ugm .ac.id/ diakses 13 juli 2018
Hyun,
J.M, Mee-Hyang, K, Hoonjoeng, K., Jaeng-kwa, H., dan Hasan, M., 2006. Induction
of apoptosis and Cell Cycle Arrest by a Chalcone Panduratin A Isolated from
Kaemferia rotunda in Androgen Independent Human Prostat Cancer Cells PC3 and
DU145,. Carcinogenesis, 27: 1454–1464.
Karyantini,
V, A,D,W, 2008. 'senyawa penanda analitik dari rimpang temu kunci (Boesenbergia
pandurata (Roxb.)Schlecht)', , skripsi, . Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Bhat,S.V., B.A. Nagasampagiand S.
Meenakshi. 2009. NaturalProducts: Chemistry and Application. Narosa Publishing
House, New Delhi. India.
Harborne, J.B., 1987. Metode
Fitokimia.Terjemahan K.Padmawinata dan I.Soediso. Bandung : Institut Teknologi
Bandung Press.
Hostettmann, k., dkk., 1995, cara kromatografi preparatif, penerbit
itb,bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar