Jumat, 13 Juli 2018

Laporan Fitokimia percobaan ke 3


PERCOBAAN 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI
( Boesenbergia Pandurata )


A.    Tujuan
Mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
B.     Dasar Teori
Boesenbergia rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5-7-dimetoksiflavon, 1-8-sineol dan panduratin. Temu kunci bentuknya agak berbeda dibanding jenis lain karena tumbuhnya yang vertikal kebawah. Dengan nama lain boesenbergiae rhizoma, temu kunci merupakan satu familia dengan jahe, lengkuas, kunyit dan sejenisnya. Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap didalam tanah, batangnya merupakan batang asli didalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal berukuran 5-30x0,5-2cm. Senyawa kimia yang terkandung didalamnya yaitu minyak atsiri, d-borneol, d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid.
Secara umum, rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi bentuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak dan pemacu keluarnya ASI. Minyak atsiri rimpang temu kunci juga berefek pada pertumbuhan entamoeba coli, staphyllococus aures dan candida albicans. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf ( Ektima Kontagiosa ) (Plantus, 2008).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah, 2012). Jadi, maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan. Jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak dikhawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, diperas selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang  mengandung C5 terdiri atas 2 inti fenolat yang dihubungkan dengan 3 satuan carbon. Cincin A memiliki karakteristikbentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001).
Struktur dasar flavonoid C6-C3-C6
            Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon dan isoflavon (Harborne, 1987). Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009).
                                    Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Hal ini dilakukan ketika ingin mengambil bahan aktif dari ekstrak kasar (Crude extract) (Skalika-wozniak et al., 2008). Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase. Fase diam dapat berupa bahan pdat atau porus dalam bentuk molekul kecil. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohman, 2009).
Kromatografi lapis tipis preparatif adaalh salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Klip dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar dalam jumlah miligram (Hostetmann, 2006). Cuplikan klip dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri (heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita (Szekely, 1983).
C.     Alat dan Bahan
Alat     : seperangkat alat maserasi, alat KLT, beaker glass, stirer, rotavapour, cawan porselin.
Bahan : simplisia temu kunci, etanol, etil asetat, heksan, standar pinostrobin.
D.    Skematis cara kerja



1.EKSTRAKSI
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.
2. ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai.
Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.











3.      Identifikasi
Ambil sedikit padatan dengan ujung stapel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :
a.       Fase diam        : silika gel GF 254
b.      Fase gerak       : Etil asetat : Heksan (1:4)
c.       Cuplikan          : larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol
d.      Deteksi            : UV 254
Catat harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
E.     Hasil
Nama simplisia            : boesenbergia pandurata
Metode ekstraksi         : maserasi
Jumlah pelarut             : 500 ml
Jumlah siklus               : 1
Rendemen                   : -
Pemerian
Aroma : khas aromatik
Warna  : kekuningan, kecoklatan
Bentuk : cairan
Berat cawan kosong    : 36,294 gr
Cawan + ekstrak         : 57,758 gr
Ekstrak                        : 21, 464 gr
Rotavapour
Suhu                : 60C
Kecepatan       : 80
Waktu             : 100 menit
Hasil pengamatan
Fase diam        : silika gel 254
Fase gerak       : etil asetat : n- heksan
Pembanding    : pinostrobin

F.      Pembahasan  
Rimpang tanaman temu kunci sebagai obat tradisional di indonesia pada umumnya banyak digunakan sebagai obat batuk kering, sariawan, gangguan pada usus besar, perut membengkak susah kecing pada anak-anak, radang selaput lendir pada mulut rahim, disentri dan tumor. Senyawa kimia yang terkandung ada minyak atsiri, d-burneol, d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid. Temu kunci berkhasiat sebagai antitumor, antijamur, antiinflamasi (Purwoko, dkk., 2010). Antivirus, antioksidan (Chayadi,dkk., 2014).
Pada praktikum kali ini melakukan isolasi flavonoid dari temu kunci, dimana dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi. Menurut farmakope indonesia edisi V (1995), maserasi adalah cara ekstraksi dengan cara merendam simplisia menggunakan pelarut yang sesuai selama periode tertentu. Langkah pertama yaitu merendam simplisia dalam beaker glass menggunakan etanol 96% lalu diaduk menggunakan stirer selama 1 jam. Setelah pengadukan saring cairan menggunakan kertas saring. Setelah dilakukan maserasi dan didapatkan filtrat, dilakukan pengentalan ekstrak dengan menggunakan alat rotary evaporator.
Selanjutnya adalah dilakukan identifikasi menggunakan fase diam silika gel 254 dan fase gerak yaitu etil asetat : n-heksan dan menggunakan pembanding pinostrobin. Pinostrobin merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada tanaman temu kunci (Hyun dkk,. 2006). Dengan banyaknya manfaat dan kegunaan pinostrobin, maka perlu dilakukan ekstraksi untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar pinostrobin yang nantinya digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi (Karyantini, 2008).
Hasil yang didapat dari identifikasi menggunakan KLT yang diamati pada sinar UV 366 nm adalah bercak berwarna hijau tetapi bercak menyebar dan senyawa baku pembanding tidak terlihat sehingga tidak dapat dilakukan pembandingan harga Rf. Terjadi penyebaran bercak pada plat mungkin karena kesalahan pada saat penotolan, kerusakan silika sehingga tidak terelusi dengan baik, sampel masih mengandung air. Ciri khas flavonoid di UV 366nm akan berpendar, warna kuning diUV 366nm.

G.    Kesimpulan
1.      Dapat disimpulkan bahwa hasil pada pengujian UV 366nm yaitu bercak warna hijau, tetapi bercak menyebar dan senyawa bahan pembanding tidak terlihat sehingga tidak dapat dihitung pembandingan Rf.
2.      Praktikan telah mengetahui langkah-langkah isolasi, serta mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan dapat mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
H.    Daftar Pustka
Afifah, E,N. 2012. Penggunaan Penanda Molekuler Untuk Mempercepat Dan Mempermudah Perbaikan Kualitas Tanaman Teh(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Makalah Seminar Budidaya Pertanian.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [13 Juni 2018].
Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat , Graha Ilmu, Yogyakarta, 1-2, 5, 45, 53.
Chahyadi, A., Hartati, R., Wirasutisna, K.R., dan Elfahmi, 2014. Boesenbergia Pandurata Roxb., An Indonesian Medicinal Plant: Phytochemistry, Biological Activity, Plant Biotechnology. Procedia Chemistry, , International Seminar on Natural Product Medicines, ISNPM 2012 13: 13–37. Karyantin.v.a.d.w.2008.senyawa penanda analitik ari rimpang temu kunci .skripsi.university.UGM.Yogyakarta
Anonim.2015 .Temu Kunci ,CRRC,Fakultas Farmasi Ugm Yogyakarta ,http//CCTC.farmasi .Ugm .ac.id/ diakses 13 juli 2018
Hyun, J.M, Mee-Hyang, K, Hoonjoeng, K., Jaeng-kwa, H., dan Hasan, M., 2006. Induction of apoptosis and Cell Cycle Arrest by a Chalcone Panduratin A Isolated from Kaemferia rotunda in Androgen Independent Human Prostat Cancer Cells PC3 and DU145,. Carcinogenesis, 27: 1454–1464.
Karyantini, V, A,D,W, 2008. 'senyawa penanda analitik dari rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.)Schlecht)', , skripsi, . Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bhat,S.V., B.A. Nagasampagiand S. Meenakshi. 2009. NaturalProducts: Chemistry and Application. Narosa Publishing House, New Delhi. India.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia.Terjemahan K.Padmawinata dan I.Soediso. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Hostettmann, k., dkk., 1995, cara kromatografi preparatif, penerbit itb,bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar