Kamis, 26 Juli 2018

Percobaan ke 6

PERCOBAAN KE 6
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
A.    Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair
B.     Dasar teori
Boesenbergia rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5-7-dimetoksiflavon, 1-8-sineol dan panduratin. Senyawa kimia yang terkandung didalamnya yaitu minyak atsiri, d-borneol, d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid. Secara umum, rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi bentuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak dan pemacu keluarnya ASI. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf ( Ektima Kontagiosa ) (Plantus, 2008).
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang  mengandung C5 terdiri atas 2 inti fenolat yang dihubungkan dengan 3 satuan carbon. Cincin A memiliki karakteristikbentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001). Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon dan isoflavon (Harborne, 1987). Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009).
Fraksinasi, ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa sehingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisi kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang kecil. 
Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase tersebut. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase tetap, yang dpat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromtografi partisi. Karna fase bergerak yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatigrafi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C.     Alat dan Bahan
Alat :
-          Beaker glass
-          Erlenmeyer
-          Corong pisah
-          Gelas ukur
-          Rotary evaporator
Bahan :
-          Ekstrak hasil maserasi temu kunci
-          n- Heksan
-          Etil asetat
-          Etanol 96%
-          Aquadest
-          Standar pinostrobin
D.    Cara Kerja
1.      Ekstraksi cair-cair
Ekstrak etanol diencerkan dengan etanol-air (1:1) 150ml
Diaduk sampai encer dan homogen
Masukan kedalam corong pisah, fraksinasi etanol dengan n-heksan 150ml
Fraksi etanol-air dengan etil asetat 150ml
Ekstraksi sebanyak 3 kali
Setiap penyarian ditambahakn 50ml pelarut didapat ekstraski hasil
Diperatkan dengan rotavapor lalu uji KLT
2.      Identifikasi KLT
a.       Fase gerak       : n-heksan : etil asetat (4:1)
b.      Fase diam        : silika gel GF 254
c.       Cuplikan          : hasil fraksi dan standar pinostrobin
d.      Deteksi            : uv 366
E.     Hasil
Nama simplisa             : Boesenbergia Pandurata
Metode ekstraksi         : Fraksinasi
Jumlah pelarut             : 20 ml
Jumla siklus                 : 4 kali
Urutan fraksinasi          : ekstrak difraksinasi dengan air 20ml sebanyak 4 kali siklus,  lalu hasil fraksinasi ke 2 dan 4 diuji dengan KLT dengan pembanding ekstrak Temu kunci.
Hasil solvent KLT        : solvent nomor 2 lebih pekat dari nomor 4
Harga Rf
-          Jarak pelarut                                  : 8cm
-          Jarak sampel fraksinasi 2 dan 4     : 4cm
-          Jadi harga Rf sampel fraksinasi 2 dan 4 yaitu :
Harga Rf : 4cm / 8cm = 0,5 cm

F.      Pembahasan
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhan. Dua metode fraksinasi yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom. Ada 4 macam proses fraksinasi yaitu fraksinasi kering, fraksinasi basah, fraksinasi menggunakan pelarut (solvent), fraksinasi dengan pengembunan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Rahayu,2009). Pada praktikum kali ini melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan temu kunci dengan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa disebut dengan ekstraksi corong pisah (Anonim,2012).
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat pelarut dalam pelarut organik dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dpat terlarut dalam air dan adapula sneyawa yang dpaat larut dlam pelarut organik. Pada praktikum kali ini ekstrak difraksinasi dengan air sebanyak 20ml dengan menggunakan corong pisah dilakukan sebanyak 4 kali siklus kemudian hsail fraksinasi ke 2 dan 4 diuji dengan identifikasi klt.
Pada identifikasi klt fase gerak yang digunakan yaitu n-heksan : etil asetat (4:1), fase diam yang digunaka yaitu silika gel GF 254 dan dengan larutan pembanding yaitu standar pinostrobin. Untuk hasil solvent KLT nomor 2 lebih pekat dari pada nomor 4. Hasil yang diperoleh dari pengujian uv 366nm yaitu terdapat bercak berwarna hijau, lalu dihitung harga Rf dan diperoleh harga Rfnya yaitu 0,5 cm.
G.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair dan hasil yang diperoleh dari solvent klt yaitu solvent nomor 2 lebih pekat dari pada nomor 4, hasil pda pengujian uv 366nm terdapar bercak berwarna hijau dan harga Rf yang diperoleh yaitu 0,5cm.
H.    Daftar Pustaka
Anonim, 2012. (online) (http://sitifauziahmardika.com/2012/08/ekstraksi-cair-cair.html) diakses tanggal 25 juli 2018 pukul 16.29 WIB.
Bhat, S.V.,B.A.Nagasampagi And S.Meenakshi.2009.Naturalproducts: Chemistry And Application. Narosa Publishing House, New Delhi. India
Harborne.J.B., 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K.Padmawinata dan I.Soediso. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Hostettmann, K., dkk, 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Penerbit : Itb Bandung.
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [20 juli 2018].

Rahayu,L.2009.Isolasi Dan Identivikasi Senyawa Flavonoid Dari Biji Kacang Tunggak ( Vigna Unguiculata L.). Universitas Brwijaya : Malang
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar