Kamis, 26 Juli 2018

Percobaan ke 6

PERCOBAAN KE 6
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
A.    Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair
B.     Dasar teori
Boesenbergia rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5-7-dimetoksiflavon, 1-8-sineol dan panduratin. Senyawa kimia yang terkandung didalamnya yaitu minyak atsiri, d-borneol, d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid. Secara umum, rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi bentuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak dan pemacu keluarnya ASI. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf ( Ektima Kontagiosa ) (Plantus, 2008).
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang  mengandung C5 terdiri atas 2 inti fenolat yang dihubungkan dengan 3 satuan carbon. Cincin A memiliki karakteristikbentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001). Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon dan isoflavon (Harborne, 1987). Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009).
Fraksinasi, ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa sehingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisi kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang kecil. 
Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase tersebut. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase tetap, yang dpat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromtografi partisi. Karna fase bergerak yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatigrafi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C.     Alat dan Bahan
Alat :
-          Beaker glass
-          Erlenmeyer
-          Corong pisah
-          Gelas ukur
-          Rotary evaporator
Bahan :
-          Ekstrak hasil maserasi temu kunci
-          n- Heksan
-          Etil asetat
-          Etanol 96%
-          Aquadest
-          Standar pinostrobin
D.    Cara Kerja
1.      Ekstraksi cair-cair
Ekstrak etanol diencerkan dengan etanol-air (1:1) 150ml
Diaduk sampai encer dan homogen
Masukan kedalam corong pisah, fraksinasi etanol dengan n-heksan 150ml
Fraksi etanol-air dengan etil asetat 150ml
Ekstraksi sebanyak 3 kali
Setiap penyarian ditambahakn 50ml pelarut didapat ekstraski hasil
Diperatkan dengan rotavapor lalu uji KLT
2.      Identifikasi KLT
a.       Fase gerak       : n-heksan : etil asetat (4:1)
b.      Fase diam        : silika gel GF 254
c.       Cuplikan          : hasil fraksi dan standar pinostrobin
d.      Deteksi            : uv 366
E.     Hasil
Nama simplisa             : Boesenbergia Pandurata
Metode ekstraksi         : Fraksinasi
Jumlah pelarut             : 20 ml
Jumla siklus                 : 4 kali
Urutan fraksinasi          : ekstrak difraksinasi dengan air 20ml sebanyak 4 kali siklus,  lalu hasil fraksinasi ke 2 dan 4 diuji dengan KLT dengan pembanding ekstrak Temu kunci.
Hasil solvent KLT        : solvent nomor 2 lebih pekat dari nomor 4
Harga Rf
-          Jarak pelarut                                  : 8cm
-          Jarak sampel fraksinasi 2 dan 4     : 4cm
-          Jadi harga Rf sampel fraksinasi 2 dan 4 yaitu :
Harga Rf : 4cm / 8cm = 0,5 cm

F.      Pembahasan
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhan. Dua metode fraksinasi yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom. Ada 4 macam proses fraksinasi yaitu fraksinasi kering, fraksinasi basah, fraksinasi menggunakan pelarut (solvent), fraksinasi dengan pengembunan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Rahayu,2009). Pada praktikum kali ini melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan temu kunci dengan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa disebut dengan ekstraksi corong pisah (Anonim,2012).
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat pelarut dalam pelarut organik dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dpat terlarut dalam air dan adapula sneyawa yang dpaat larut dlam pelarut organik. Pada praktikum kali ini ekstrak difraksinasi dengan air sebanyak 20ml dengan menggunakan corong pisah dilakukan sebanyak 4 kali siklus kemudian hsail fraksinasi ke 2 dan 4 diuji dengan identifikasi klt.
Pada identifikasi klt fase gerak yang digunakan yaitu n-heksan : etil asetat (4:1), fase diam yang digunaka yaitu silika gel GF 254 dan dengan larutan pembanding yaitu standar pinostrobin. Untuk hasil solvent KLT nomor 2 lebih pekat dari pada nomor 4. Hasil yang diperoleh dari pengujian uv 366nm yaitu terdapat bercak berwarna hijau, lalu dihitung harga Rf dan diperoleh harga Rfnya yaitu 0,5 cm.
G.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair dan hasil yang diperoleh dari solvent klt yaitu solvent nomor 2 lebih pekat dari pada nomor 4, hasil pda pengujian uv 366nm terdapar bercak berwarna hijau dan harga Rf yang diperoleh yaitu 0,5cm.
H.    Daftar Pustaka
Anonim, 2012. (online) (http://sitifauziahmardika.com/2012/08/ekstraksi-cair-cair.html) diakses tanggal 25 juli 2018 pukul 16.29 WIB.
Bhat, S.V.,B.A.Nagasampagi And S.Meenakshi.2009.Naturalproducts: Chemistry And Application. Narosa Publishing House, New Delhi. India
Harborne.J.B., 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K.Padmawinata dan I.Soediso. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Hostettmann, K., dkk, 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Penerbit : Itb Bandung.
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [20 juli 2018].

Rahayu,L.2009.Isolasi Dan Identivikasi Senyawa Flavonoid Dari Biji Kacang Tunggak ( Vigna Unguiculata L.). Universitas Brwijaya : Malang
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Jumat, 13 Juli 2018

Laporan Fitokimia percobaan ke 3


PERCOBAAN 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI
( Boesenbergia Pandurata )


A.    Tujuan
Mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
B.     Dasar Teori
Boesenbergia rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5-7-dimetoksiflavon, 1-8-sineol dan panduratin. Temu kunci bentuknya agak berbeda dibanding jenis lain karena tumbuhnya yang vertikal kebawah. Dengan nama lain boesenbergiae rhizoma, temu kunci merupakan satu familia dengan jahe, lengkuas, kunyit dan sejenisnya. Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap didalam tanah, batangnya merupakan batang asli didalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal berukuran 5-30x0,5-2cm. Senyawa kimia yang terkandung didalamnya yaitu minyak atsiri, d-borneol, d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid.
Secara umum, rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi bentuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak dan pemacu keluarnya ASI. Minyak atsiri rimpang temu kunci juga berefek pada pertumbuhan entamoeba coli, staphyllococus aures dan candida albicans. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf ( Ektima Kontagiosa ) (Plantus, 2008).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah, 2012). Jadi, maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan. Jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak dikhawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, diperas selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang  mengandung C5 terdiri atas 2 inti fenolat yang dihubungkan dengan 3 satuan carbon. Cincin A memiliki karakteristikbentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001).
Struktur dasar flavonoid C6-C3-C6
            Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon dan isoflavon (Harborne, 1987). Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009).
                                    Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Hal ini dilakukan ketika ingin mengambil bahan aktif dari ekstrak kasar (Crude extract) (Skalika-wozniak et al., 2008). Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase. Fase diam dapat berupa bahan pdat atau porus dalam bentuk molekul kecil. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohman, 2009).
Kromatografi lapis tipis preparatif adaalh salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Klip dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar dalam jumlah miligram (Hostetmann, 2006). Cuplikan klip dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri (heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita (Szekely, 1983).
C.     Alat dan Bahan
Alat     : seperangkat alat maserasi, alat KLT, beaker glass, stirer, rotavapour, cawan porselin.
Bahan : simplisia temu kunci, etanol, etil asetat, heksan, standar pinostrobin.
D.    Skematis cara kerja



1.EKSTRAKSI
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.
2. ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai.
Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.











3.      Identifikasi
Ambil sedikit padatan dengan ujung stapel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :
a.       Fase diam        : silika gel GF 254
b.      Fase gerak       : Etil asetat : Heksan (1:4)
c.       Cuplikan          : larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol
d.      Deteksi            : UV 254
Catat harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
E.     Hasil
Nama simplisia            : boesenbergia pandurata
Metode ekstraksi         : maserasi
Jumlah pelarut             : 500 ml
Jumlah siklus               : 1
Rendemen                   : -
Pemerian
Aroma : khas aromatik
Warna  : kekuningan, kecoklatan
Bentuk : cairan
Berat cawan kosong    : 36,294 gr
Cawan + ekstrak         : 57,758 gr
Ekstrak                        : 21, 464 gr
Rotavapour
Suhu                : 60C
Kecepatan       : 80
Waktu             : 100 menit
Hasil pengamatan
Fase diam        : silika gel 254
Fase gerak       : etil asetat : n- heksan
Pembanding    : pinostrobin

F.      Pembahasan  
Rimpang tanaman temu kunci sebagai obat tradisional di indonesia pada umumnya banyak digunakan sebagai obat batuk kering, sariawan, gangguan pada usus besar, perut membengkak susah kecing pada anak-anak, radang selaput lendir pada mulut rahim, disentri dan tumor. Senyawa kimia yang terkandung ada minyak atsiri, d-burneol, d-pinen sesquiterpen, kurkumin, tannin, saponin, flavonoid. Temu kunci berkhasiat sebagai antitumor, antijamur, antiinflamasi (Purwoko, dkk., 2010). Antivirus, antioksidan (Chayadi,dkk., 2014).
Pada praktikum kali ini melakukan isolasi flavonoid dari temu kunci, dimana dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi. Menurut farmakope indonesia edisi V (1995), maserasi adalah cara ekstraksi dengan cara merendam simplisia menggunakan pelarut yang sesuai selama periode tertentu. Langkah pertama yaitu merendam simplisia dalam beaker glass menggunakan etanol 96% lalu diaduk menggunakan stirer selama 1 jam. Setelah pengadukan saring cairan menggunakan kertas saring. Setelah dilakukan maserasi dan didapatkan filtrat, dilakukan pengentalan ekstrak dengan menggunakan alat rotary evaporator.
Selanjutnya adalah dilakukan identifikasi menggunakan fase diam silika gel 254 dan fase gerak yaitu etil asetat : n-heksan dan menggunakan pembanding pinostrobin. Pinostrobin merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada tanaman temu kunci (Hyun dkk,. 2006). Dengan banyaknya manfaat dan kegunaan pinostrobin, maka perlu dilakukan ekstraksi untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar pinostrobin yang nantinya digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi (Karyantini, 2008).
Hasil yang didapat dari identifikasi menggunakan KLT yang diamati pada sinar UV 366 nm adalah bercak berwarna hijau tetapi bercak menyebar dan senyawa baku pembanding tidak terlihat sehingga tidak dapat dilakukan pembandingan harga Rf. Terjadi penyebaran bercak pada plat mungkin karena kesalahan pada saat penotolan, kerusakan silika sehingga tidak terelusi dengan baik, sampel masih mengandung air. Ciri khas flavonoid di UV 366nm akan berpendar, warna kuning diUV 366nm.

G.    Kesimpulan
1.      Dapat disimpulkan bahwa hasil pada pengujian UV 366nm yaitu bercak warna hijau, tetapi bercak menyebar dan senyawa bahan pembanding tidak terlihat sehingga tidak dapat dihitung pembandingan Rf.
2.      Praktikan telah mengetahui langkah-langkah isolasi, serta mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan dapat mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
H.    Daftar Pustka
Afifah, E,N. 2012. Penggunaan Penanda Molekuler Untuk Mempercepat Dan Mempermudah Perbaikan Kualitas Tanaman Teh(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Makalah Seminar Budidaya Pertanian.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [13 Juni 2018].
Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat , Graha Ilmu, Yogyakarta, 1-2, 5, 45, 53.
Chahyadi, A., Hartati, R., Wirasutisna, K.R., dan Elfahmi, 2014. Boesenbergia Pandurata Roxb., An Indonesian Medicinal Plant: Phytochemistry, Biological Activity, Plant Biotechnology. Procedia Chemistry, , International Seminar on Natural Product Medicines, ISNPM 2012 13: 13–37. Karyantin.v.a.d.w.2008.senyawa penanda analitik ari rimpang temu kunci .skripsi.university.UGM.Yogyakarta
Anonim.2015 .Temu Kunci ,CRRC,Fakultas Farmasi Ugm Yogyakarta ,http//CCTC.farmasi .Ugm .ac.id/ diakses 13 juli 2018
Hyun, J.M, Mee-Hyang, K, Hoonjoeng, K., Jaeng-kwa, H., dan Hasan, M., 2006. Induction of apoptosis and Cell Cycle Arrest by a Chalcone Panduratin A Isolated from Kaemferia rotunda in Androgen Independent Human Prostat Cancer Cells PC3 and DU145,. Carcinogenesis, 27: 1454–1464.
Karyantini, V, A,D,W, 2008. 'senyawa penanda analitik dari rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.)Schlecht)', , skripsi, . Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bhat,S.V., B.A. Nagasampagiand S. Meenakshi. 2009. NaturalProducts: Chemistry and Application. Narosa Publishing House, New Delhi. India.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia.Terjemahan K.Padmawinata dan I.Soediso. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Hostettmann, k., dkk., 1995, cara kromatografi preparatif, penerbit itb,bandung

Jumat, 29 Juni 2018

laporan praktikum fitokimia percobaan 2



PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU ( Piper betle L. )


A.    Tujuan
Dapat memahami dan dapat melakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau berikut analisis kualitatif golongan senyawa tersebut dengan metode kromatografi lapis tipis.
B.     Dasar Teori
Daun sirih termasuk dalam famili piperaceae, merupakan jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain yang tingginya 5-15 meter. Daun berwarna hijau, bau aromatiknya khas, rasanya pedas. Daun sirih hijau secara empiris telah digunakan untuk bau mulut, kepala pusing, demam nifas, obat batuk, asma sedangkan minyak atsiri daun sirih hijau digunakan untuk radang tenggorokan (Sudarsono dkk, 1996).
Daun sirih hijau mengandung minyak atsiri sebesar 1 - 4,2% minyak atsiri, tanin (Hariana, 2013). Terdapat pula kandungan alkaloid, flavonoid, fenol dan steroid (Srisadono, 2008). Sifat umum dari minyak atsiri antara lain tersusun oleh beberapa macam komponen senyawa, mudah menguap pada suhu kamar, memiliki bau khas, rasa getirtergantung jenis komponen penyusunnya, dalam keadaan segar dan murni minyak atsiri tidak tidak berwarna namun dalam penyimpanan dapat menjadi kuning (Febriyanti, 2010). Minyak atsiri larut dalam kloroform, eter, alkohol dan petroleum eter.
Infudasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90’C selama 15 menit. Infudasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari / ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Ansel, 1989).
Sediaan yang dibuat dengan metode infudasi adalah infus. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaring lunak yang mengandung minyak atsiri dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI, 1979).
Keuntungan metode infudasi dan kekurangan metode infudasi yaitu :
Keuntungan :
-          Unit alat yang dipakai sederhana
-          Biaya operasionalnya relatif rendah
Kerugian     :
-          zat-zat tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembal, apabila kelarutannya sudah mendingin
-          hilangnya zat-zat atsiri
-          menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang
Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksida fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan pada daun, buah dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan dan membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan logam besi tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae terdapat khusus pada jaringan kayu. Tanin dapat diidentifikasi dengan kromatografi. Identifikasi tanin dapat dilakukan dengan cara :
1.    diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan
2.    ditambahkan kalium ferrisianida tamoiak berwarna coklat
3.    diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn dan larutan kalium bikromat berwarna coklat
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase tetap, yang dpat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromtografi partisi. Karna fase bergerak yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatigrafi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C.     Alat dan Bahan
Alat :  
-   Seperangkat alat infus
-   Seperangakat alat KLT
Bahan :
-   Daun sirih hijau
-   Aquadest
-   N-Butanol
-   As. Asetat
-   Plat silika gel 254


D.    Skematis Kerja
                  1. Ekstraksi dan isolasi


40 gr Daun Sirih hijau segar
+ 240 ml air
Dimasukan dalam panci infus
Campuran bahan
Didihkan 15 menit 90 C saring melalui corog buchner
Filtrat jernih dipindahkan ke erlenmeyer 250 ml
Simpan dalam lemari es, selama 1 minggu sehingga terbentuk kristal amort putih kekuningan
Tuangkan larutan jernih secara hatihati
Saring kristal pada erlenmeyer
Cuci kristal dengan 10 ml air es, keringkan pada suhu 50 C, ditimbang dan hitung rendemen yang didapat
   

2.      IDENTIFIKASI FLAVONOID
Larutan dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :
a.       Fase diam        : silika gel GF 254
b.      Fase gerak       : n-butanol – asam asetat – air ( 5:1:4 )
c.       Cuplikan          : larutan sampel dan pembanding larutan asam tanat
d.      Deteksi            : UV 366


E. Hasil
            Nama Simplisia           : piper betle
            Metode Ekstraksi        : Infudasi
            Jumlah Pelarut             : 240 ml
            Jumlah Siklus              : 1
            Rendemen                   : -

            Pemerian Ekstrak
-          Aroma                   : khas aromatik sesuai dengan tanaman asalnya
-          Warna                    : kekuningan
-          Bentuk/tekstur      : cairan infus

Hasil Pengamatan dengan Kromatografi
-          Fase diam              : plat silika gel GF 366
-          Fase gerak             : n-butanol : etil asetat : air ( 5: 1 :4 )
-          Pembanding          : asam tanat
-          Deteksi                  : FeCl3

Jarak pembanding       : 6,4 cm
Jarak sampel                : 6,7 cm
Jarak pelarut                : 8 cm
Jadi harga Rf didapat : Rf sampel ( 6,7 cm/ 8 = 0,8375 )
                                      Rf pembanding ( 6,4 cm/8 = 0,8 )


F. Pembahasan
       Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksida fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan pada daun, buah dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan dan membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan logam besi tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae terdapat khusus pada jaringan kayu. Tanin dapat diidentifikasi dengan kromatografi.
       Pada praktikum kali ini melakukan identifikasi tanin daun sirih hijau ( Piper betle L. ) dilakukan ekstraksi dengan metode infudasi serta melakukan analisis kualitatif golongan senyawa tersebut dengan metode KLT. Daun sirih termasuk dalam famili piperaceae. Daun berwarna hijau, bau aromatiknya khas, rasanya pedas.
       Daun sirih hijau mengandung minyak atsiri sebesar 1 - 4,2% minyak atsiri, tanin (Hariana, 2013). Terdapat pula kandungan alkaloid, flavonoid, fenol dan steroid (Srisadono, 2008). Daun sirih hijau secara empiris telah digunakan untuk bau mulut, kepala pusing, demam nifas, obat batuk, asma sedangkan minyak atsiri daun sirih hijau digunakan untuk radang tenggorokan (Sudarsono dkk, 1996).
       Digunakan metode infudasi karena daun sirih hijau memiliki struktur jarigan yang lunak dan zat aktifnya berada diluar jaringan. Selain itu cara ini sangat sederhana tetapi penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Prinsip kerja dari infudasi menggunakan simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan di tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 90°C, sambil sekali-kali diaduk.
       Pada uji skrining tanin, sampel ditambahkan dengan beberapa tetes larutan FeCl3 dan didapatkan hasil perubahan warna pada sampel menjadi hijau kebiruan. Hal ini menunjukan adanya tanin dalam daun sirih hijau, lalu melakukan pengujian kromatografi lapis tipis digunakan silica gel GF 254 sebagai fase diam, fase gerak yaitu n-butanol – asam asetat – air dengan perbandingan ( 5:1:4 ), larutan asam tanat sebagai larutan pembanding dan menggunakan detektor UV 366 untuk mendeteksi fase geraknya.
       Alasan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam chamber, agar nantinya tidak mempengaruhi pembuatan noda pada lempeng, selain itu agar tekanan yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses perambatan noda dengan adanya penjenuhan chamber.
       Setelah mendeteksi fase geraknya, didapatkan hasil panjang fase gerak sampel yaitu 6,7cm dan panjang fase gerak pembanding yaitu 6,4cm. Dengan demikian dapat dihitung harga Rfnya dan diperoleh hasil harga Rf sampel yaitu 0,8375 dan harga Rf larutan pembanding yaitu 0,8.

G. Kesimpulan
- Telah dapat memahami dan melakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau, serta melakukan analisis kualitatif golongan sneyawa tersebut dengan metode KLT.
- Terjadi perubahan warna pada sampel menjadi hijau kebiruan menunjukan bahwa daun sirih mengandung tanin
            - Diperoleh hasil harga Rf sampel 0,8375 dan hasil harga Rf pembanding yaitu 0,8.

H. Daftar Pustaka
Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta
Depkes RI. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan Pertama. Jakarta
Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hostettmann, k., dkk. (1995). Cara Kromatografi Preparatif. Penrbit Itb. Bandung
Srisadono A. 2008. Skrinning Awal Ekstrak Etanol Daun sirih hijau (Piper betle Linn) Sebagai Antikanker Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BLT). (Artikel Karya Tulis Ilmiah). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Sudarsono., Pudjoarinto A., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus IA., Dradjad., Wibowo S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat. PPOT UGM. Yogyakarta.