LAPORAN
PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN
KE 5
ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI DAUN SEREH (Cymbopogon
winterianus)
Nama :Monica Sandy
NIM : 1606067072
Kelompok : A/3
Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu, 05 Mei 2018
Dosen Pembimbing : Erma Yunita, M.Sc., Apt
LABORATURIUM
FITOKIMIA
AKADEMI
FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
A. Tujuan
Dapat memahami prinsip
isolasi minyak atsiri dan dapat mengerjakan isolasi beseerta identifikasinya
dengan kromatografi lapis tipis.
B. Dasar
Teori
Sereh
wangi ( cymbopogon winterianus jowitt) merupakan salah satu spesies dari famili
poaceae dengan kandungan minyak atsirinya yang sering digunakan untuk mengobati
radang tenggorokan radang usus, radang lambung, diare, obat kumur, sakit perut,
batuk, pilek dan sakit kepala. Minyak sereh wangi juga dapat digunakan sebagai
obat gosok, serta untuk mengobati eksema dan rematik (Leung and Foster, 1996).
Sereh wangi berkhasiat sebagai obat
tradisional karena mengandung senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid dan minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Minyak atsiri
adalah salah satu senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri.
Menurut penelitian Malele et al (2006),
sereh wangi adalah linalool, sitronellol, geraniol, α-kalakoren, cis-kalamenen,
β-elemen dan longifolen.
Menurut penelitian Goncalves et al (2010), kandungan minyak atsiri
sereh wangi adalah sitronella, geraniol dan sitronellol. Minyak atsiri dari
cymbopogon winterianus menujukan adanya aktivitas antibakteri terhadap semua
bakteri uji yaitu Escherichia Coli,
Staphylococus aures, Pseudomonas aeruginosa, proters vulgaris, Shigella
Flexheri dan Bacillus Cereus. Paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif proteus vulgaris dengan
ICHM sebesar 128 ppm.
Minyak atsiri adalah minyak yang
bersifat mudah menguao, karena memiliki titik didih yang rendah, serta
merupakan suatu substansi alami yang diketahui memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Pada umumnya berwujud cairan yang diperoleh dari akar, batang,
daun, kulit, buah, biji maupun bunga dengan cara penyulingan. Minyak atsiri
tebgai 2 golongan yaitu hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi (Agusta,
2000).
Destilasi adalah metode yang paling
populer, banyak digunakan dan hemat biaya untuk memproduksi minyak atsiri
diseluruh dunia. Penguapan dan isolasi menggunakan destilasi tanaman aromatik
dari membran sel tanaman dengan adanya kelembapan dilakukan dengan cara pemanasan suhu tinggi,
kemudian pendinginan campuran uap untuk memisahkan minyak dari air atas dasar
immiscibility tinggi dalam air dan yang rentan terhadap panas tidak dapat
didestilasi.
Kromatografi adalah suatu nama yang
diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara
kromatografi menggunakan fsae tetap dan fase gerak. Sifat dari fase tetap dapat
berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara
tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan. Jika zat cair sebagai
kromatografi partisi, karena fase gerak dapat berupa zat cair atau gas maka
semua ada 4 macam sistem kromatografi yaitu serapan yang terdiri dari KLT dan
kromatografi penukarion, padat, partisi dan gas-cair serta kromatografi kolom
kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C. Alat
dan Bahan
Alat
:
-
Alat destilasi
-
Alat KLT
Bahan
:
-
Daun sereh -
n-heksana
-
Minyak citronella - Natrium sulfat
-
Aquadet - Etil asetat
D. Skematis Cara Kerja
1. isolasi
Daun Sereh Wangi 1000
gr
Timbang, masukkan
kedalam labu destilasi
Tambahkan air 300 ml
dan batu didih
Hubungkan labu dengan
pelindung & alat penampung berskala
Minyak atsiri
Diuku
Rendemen
2. Identifikasi
Sedikit padatan /
sampel
larutkan
Etanol
KLT
Fase diam, fase
gerak, sampel + pembanding
Deteksi Uv 366
Menghitung harga Rf
E. HASIL
Nama
simplisia : Cymbopogon winterianus
Metode
ekstraksi : Destilasi air
Jumlah
pelarut : Aquadest 400 ml
Waktu : 09.50 – 11.10 Wib
Pemerian
Ekstrak
-
Aroma :
Khas aromatik
-
Warna :
Keruh
-
Bentuk :
Minyak menguap
Hasil
pengamatan dengan kromatografi
-
Fase diam : Silika Gel GF 366
-
Fase gerak : n-heksana : etil asetat ( 4:6 ) sebanyak 10 ml
-
Pembanding : Minyak Citronella
-
Deteksi :
UV 366
F.
PEMBAHASAN
Minyak
atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essensial oils, volatile oils) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan
salah satu hasil dari sisa metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena
reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Menurut Richards
(1944) minyak atsiri bisa didapatkan dari bahan-bahan yang meliputi pada bagian
daun, bunga, batang dan akar (Richards,1944).
Pada
praktikum ini melakukan isolasi dan identifikasi minyak atsiri dari daun sereh
wangi, melakukan isolasi dan identifikasi tanaman daun sereh wangi dengan KLT.
Minyak sereh wangi adalah salah satu minyak atsiri yang penting. Menurut
Wijesekera (1973), komponen minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap
daun tanaman sereh wangi. Secara botani, sereh wangi merupakan tanaman
stolonifera, terdiri dari 2 tipe yang dapat dibedakan berdasarkan morfologis
dan fisiologis yaitu : Cymbopogon nardus
rendle, lenabatu dan Cymbopogon
winterianus jowitt, mahapengiri.
Penyulingan
sereh wangi tipe mahapengiri menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi dari
pada lenabatu, selain itu minyak dari mahapengiri bermutu lebih baik (kadar
geraniol dan sitronelal lebih tinggi). Namun demikian tipe ini membutuhkan
tanah yang lebih subur, curah hujan lebih banyak dan budidaya yang lebih ketat
dibandingkan tanaman tipe lenabatu (Guenther, 1990).
Terdapat
2 tipe minyak sereh wangi (minyak sitronella) didunia salah satunya tipe jawa
diperoleh dari destilasi uap daun Cymbopogon winterianus jowitt atau
mahapengiri. Minyak tipe ini berwarna kuning pucat sampai coklat pucat
mempunyai bau yang manis, seperti bunga mawar dengan sentuhan aroma sitrus yang
kuat dari sitronelal. Pada praktikum ini fase gerak yang digunakan yaitu
n-heksan : etil asetat yang bersifat semi polar dan fase diamnya menggunakan
silika gel GF 254 bersifat polar.
Sebelum
dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan sereh wangi didestilasi dengan
menggunakan ekstraksi destilasi air yang bertujuan untuk menyuling minyak
atsiri. Dalam destilasi air, destilasi kurang baik karena simplisia bersentuhan
langsung dengan air sehingga minyak atsiri ang didapatkan hanya sedikit dan
mudah menguap, supaya mengurangi penguapan minyak atsiri wadah harus ditutup
rapat menggunakan alumunium foil setelah didapatkan minyak atsiri kemudian
diuji menggunakan lempeng KLT dan dibandingkan dengan minyak citronella dengan
ditotolkan pada lempeng dan dicelupkan pada n-heksan : etil asetat ( 4:6 ) dan
pada praktikum ini didapatkan hasil fase gerak tidak nampak atau tidak terlihat
pada lampu uv 366. Hal ini terjadi karena kemungkinan dapat terjadi karena
minyak sudah banyak yang menguap sehingga jumlah minyak yang didapat sedikit.
G. KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan pada pengujian kromatografi lapis tipis harga rf tidak dapat
dihitung karena pada saat pengujian dengan uv 366 tidak terlihat adanya bercak
berwarna biru keunguan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika
Indonesia, ITB, Bandung
Gonçalves T.B., Erlânio O., De
Sousa, Fabíola F., Rodrigues G., and José Da Costa G.M., 2010, Chemical Composition
and Antibacterial Evaluation of the Essential Oil from Cymbopogon winterianus
Jowitt (Gramineae), Journal of Essential Oil Bearing Plants,13 (4) : 426-431
Guenther, E., 1990, Minyak
Atsiri, Penerjemah S. Ketaren dan R. Mulyono J., Jilid IV A, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Hostettmann, k., dkk., 1995, cara kromatografi
preparatif, penrbit itb,bandung
Leung AY, Foster S. 1996. Encyclopedia
of common natural ingredients used in food, drugs and cosmetic. Ed ke-2. New
York: John Wiley & Sons.
Richards, W. F.. Perfumer's
Hand Book and Catalog, New York: Fritzsche Brother Inc (1944).
Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris
Tanaman obat Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Jakarta.
Wijesekera, R.O.B.,
1973, The Chemical Composition and Analysis of Citronella Oil, Journal of
the National Science Council of Srilanka, 1, 67-81.